"Ini
(dinamika koalisi Parpol) sudah sering terjadi menjelang dan saat
pemilu diberbagai tingkatan Pilkada dan Pilpres sebelumnya dan hasilnya
tidak selalu sesuai prediksi karena kepentingan elit parpol tidak
sejalan dengan keinginan pemilih di akar rumput," katanya di Kupang,
Jumat (23/5).
Ketidaksesuaian kepentingan antar
elite partai dan pemilih di akar rumput itu terjadi karena koalisi yang
selama ini digagas dan disepakati lebih kental dengan kepentingan
pribadi dan golongan ketimbang kepentingan publik yang umumnya lebih
menghendaki figur dan program untuk kesejahteraan.
Dosen
pada Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang itu
berpendapat bahwa sulit memang untuk menghindari koalisi dengan sistem
barter kepentingan, meskipun pada sisi tertentu koalisi juga sering
memmbicarakan kepentingan publik walaupun tidak signifikan dimunculkan.
"Seperti
bukan rahasia umum lagi saat ini bahwa tak ada Koalisi tanpa syarat,
sehingga pasangan bakal capres-cawapres Jokowi-Jusuf Kalla dan Prabowo
Subianto-Hatta Rajasa juga harus mengumumkan daftar nama kandidat
menteri dalam kabinetnya kepada publik," tutupnya. (Sumber Aktual.co)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar